Revolusi Indonesia
Revolusi yang menjadi alat tercapainya
kemerdekaan bukan hanya merupakan suatu kisah sentral dalam sejarah Indonesia
melainkan merupakan suatu unsure yang kuat di dalam persepsi bangsa Indonesia
itu sendiri.
Di awal revolusi, tidak satupun penbagian
dasar di antara bangsa Indonesia tersebut telah terpecah kecuali sepanjang ada
kesepakatan tentang kemerdekaan sebagai tujuan pertama. Baik pihak Belanda
maupun Indonesia menganggap Revolusi
Indonesia sebagai suatu zaman yang merupakan kelanjutan dari masa lampau. Bagi
pihak Belanda, tujuannya adalah mengjancurkan sebuah negara yang dipimpin oleh
orang-orng yang bekerja sama dengan Jepang. Sedangkan bagi para pemimpin
revolusi Indonesia, tujuannya untuk melangkapi dan menyempurnakan proses
penyatuan dan kebangkitan nasional yang telah dimulai 4 dasawarsa sebelumnya.
Sebenarnya
inilah saat ketiga kalinya pihak Belanda bermaksud menaklukan Indonesia.
Pertama, pada abad XVII dan XVIII dikalahkan mereka oleh pihak Inggris, kedua
pada abad XIX dan awal XX dikalahkannya ,mereka oleh Pihak Jepang, dan yang
ketiga kali ini mereka menghadapi masalah menaklukkan seluruh nusantara
sekaligus.
Persatuan nasional yang penuh masih tetap
jauh dari tempatb tercapai. Sebagian besar karena alasan inilah pihak belanda
hampir berhasil namun usahanya gagal karena adanya perlawanan dari masyarakat
Indonesia dan dukungan dari negara yang bersimpatik yaitu dari Amerika Serikat.
Sukarno
diangkat sebagai Presiden Republik ini (1945-1967) dan Hatta sebagai wakil
Presiden (1945-1956), karena politisa menganggap Jakarta merasa yakin bahwa
hanya merekalah yang dapat berurusan dengan pihak Jepang.
Salah satu masalah pokok jaman revolusi dan
sesudahnya ialah menciptakan dari suatu struktur militer yang rasional yang
patuh terhadap pemerintah pusat. Sedemikian jauh Revolusi belum menghadapi
permasalah serius, akan tetapi hal ini akan segera terjadi. Dengan mulai
tibanya sekutu guna menerima penyerahan Jepang, maka muncullah
tantangan-tantangan serius yang pertama terhadap Revolusi.
Diwilayah yang dikuasai angkatan laut Jepang,
Revolusi terhenti pada awalnya ketika pihak sekutu bergerak masuk. Bersama sama
dengan mereka itu datangnya pasukan-pasukan dan pejabat Belanda. Pasukan
Inggris yang sebagian besar terdiri atas orang-orang India, sementara bergerak
memasuki Jawa dan Sumatera.
Dengan
mulai munculnya pasukan sekutu, maka semakin meningkatkan ketegangan-ketegangan
di Jawa dan Sumatera.
Pada bulan Oktober 1945 pihak Jepang berusaha
mendapatkan kembali kekuasaan di kota-kota besar dan kecil di Jawa yang baru
saja diambil alih oleh bangsa Indonesia atas persetujuannya, sehingga
menyebabkan dimulainya tahapan-tahapan peperangan betul yang pertama.
Pada
2 November Sukarno memerintahkan gencatan senjata atas permintaan pihak
Inggris, tetapi pada akhir bulan November pertempuran telah berkobar lagi dan
pihak Inggris mundur ke daerah pesisir. Tindakan Sukarno inilah yang nantinya
membuat para pemuda memberontak dan tidak mempercayainya lagi.
Surabaya menjadi ajang pertempuran yang
paling hebat selama Revolusi, sehingga menjadi lambang perlawanan nasional.
Pangkima senior Jepang disana, Laksamana Madya Shibata memihak Republik dan
membuka pintu gudang persenjataan kepada orang0orang Indonesia. Ketika seorng
kapten Laut Belanda tiba, Shibata menyerah pada 3 Oktober dan menyuruh pasukannya untuk menyerahkan
senjata mereka kepada rakyat Indonesia kepada pihak sekutu (yang tentu saja
tidak akan mereka lakukan).
Ketegangan social diwilayah pesisir utara
Jawa mencapai puncaknya pada bulan Desember 1945. Ditiga kabupaten yaitu,
Brebes, Pemalang, dan Tegal, yang ketiganya merupakan bagian dari keresidenan.
Yang disebut Gabungan Badan PerjuanganTiga Daerah atau GBP-3D. Pekalongan
terjadin apa yang dikenal sebagai peristiwa Tiga Daerah.
DiBanten,
PKI telah memulai pemberontakan yang gagal pada tahun 1926. . Beberapa masyarakat daerah Pekalongan
dikumpulkan untuk dipekerjakan di Banten Selatan. Setelah penyerahan itu
orang-orang ini mulai kembali kerumah masing-masing dengan kondisi yang
menyedihkan . Kedudukan Residen besar
,S.H menjadi bahaya dan ia dipindahkan menjadi residen Semarang pada 12
Oktober.
Kepemimpinan di Pemalang dijalankan oleh R.
Soepangat seorang aktifis lama Gerindo yang mengepalai GBP-3D cabang Pemalang.
. Orang-orang militer Pekalongan yang sudah sakit hati oleh keputusan GBP-3D
yang tidak mengakui TKR sebagai pasukan keamanan di daerah it. Pada tanggal 21
Desember prajurit TKR menyerang rezim Revolusi Sosial dan berhasil merenut
kembali Pekalongan.
Disurakarta
logika yang berlaku diperkuat oleh hubungan antara gerakan Revolusi dan
golongan oposisi. Setelah bulan Mei 1946 politik nasional tak mungkin
melepaskan diri di Surakarta dan krisis yang diakibatkannya memuncak dalam
kejadian serba aneh yang telah tecatat dalam sejarah sebagai Peristiwa Tiga Juli.
DAFTAR
PUSTAKA
Anderson,
Ben. Revoloesi Pemoeda. Jakarta:Pustaka Sinar Harapan,1988
Anderson,
Ben. Java in a time of Revolution. Ithaca:Cornell University Press,1972
Anderson,
David Charles. The Military aspects of The Madiun affair. Ithaca: cornell
University Press,1976
Kahin,
George McTurnan. Nationalism and Revolution in Indonesia. Ithaca: Cornell
University Press,1952
Legge,
John D. Sukarno:a Political biography. Sydney: Allen and Unwin,1985
Lucas,
Anton. Social Revolution in Pemalang,Central Java.
Nasution,A.H.
Sekitar Perang kemerdekaan Indonesia. Bandung:Penerbit Angkasa,1979
Proyek
Inventarisasi dan dokumentasi Sejarah Perjuangan. Seminar Sejarah Nasional
Subtema Sejarah Perjuangan. Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1990
Reid,Anthony.
The blood of the people Revolution ang the end of traditional rule in northern
Sumatra. Kuala Lumpur:Oxford University Press,1979
Selosoemarjan.
Social ghanges in Jogjakarta. Ithaca:Cornell University Press, 1962.