Cari Blog Ini

Rabu, 12 Juli 2017

ZAMAN REVOLUSI 1945-1950


 Revolusi Indonesia


Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan hanya merupakan suatu kisah sentral dalam sejarah Indonesia melainkan merupakan suatu unsure yang kuat di dalam persepsi bangsa Indonesia itu sendiri.
Di awal revolusi, tidak satupun penbagian dasar di antara bangsa Indonesia tersebut telah terpecah kecuali sepanjang ada kesepakatan tentang kemerdekaan sebagai tujuan pertama. Baik pihak Belanda maupun Indonesia  menganggap Revolusi Indonesia sebagai suatu zaman yang merupakan kelanjutan dari masa lampau. Bagi pihak Belanda, tujuannya adalah mengjancurkan sebuah negara yang dipimpin oleh orang-orng yang bekerja sama dengan Jepang. Sedangkan bagi para pemimpin revolusi Indonesia, tujuannya untuk melangkapi dan menyempurnakan proses penyatuan dan kebangkitan nasional yang telah dimulai 4 dasawarsa sebelumnya.
Sebenarnya inilah saat ketiga kalinya pihak Belanda bermaksud menaklukan Indonesia. Pertama, pada abad XVII dan XVIII dikalahkan mereka oleh pihak Inggris, kedua pada abad XIX dan awal XX dikalahkannya ,mereka oleh Pihak Jepang, dan yang ketiga kali ini mereka menghadapi masalah menaklukkan seluruh nusantara sekaligus.
Persatuan nasional yang penuh masih tetap jauh dari tempatb tercapai. Sebagian besar karena alasan inilah pihak belanda hampir berhasil namun usahanya gagal karena adanya perlawanan dari masyarakat Indonesia dan dukungan dari negara yang bersimpatik yaitu dari Amerika Serikat.
Sukarno diangkat sebagai Presiden Republik ini (1945-1967) dan Hatta sebagai wakil Presiden (1945-1956), karena politisa menganggap Jakarta merasa yakin bahwa hanya merekalah yang dapat berurusan dengan pihak Jepang.
Salah satu masalah pokok jaman revolusi dan sesudahnya ialah menciptakan dari suatu struktur militer yang rasional yang patuh terhadap pemerintah pusat. Sedemikian jauh Revolusi belum menghadapi permasalah serius, akan tetapi hal ini akan segera terjadi. Dengan mulai tibanya sekutu guna menerima penyerahan Jepang, maka muncullah tantangan-tantangan serius yang pertama terhadap Revolusi.
Diwilayah yang dikuasai angkatan laut Jepang, Revolusi terhenti pada awalnya ketika pihak sekutu bergerak masuk. Bersama sama dengan mereka itu datangnya pasukan-pasukan dan pejabat Belanda. Pasukan Inggris yang sebagian besar terdiri atas orang-orang India, sementara bergerak memasuki Jawa dan Sumatera.
Dengan mulai munculnya pasukan sekutu, maka semakin meningkatkan ketegangan-ketegangan di Jawa dan Sumatera.
Pada bulan Oktober 1945 pihak Jepang berusaha mendapatkan kembali kekuasaan di kota-kota besar dan kecil di Jawa yang baru saja diambil alih oleh bangsa Indonesia atas persetujuannya, sehingga menyebabkan dimulainya tahapan-tahapan peperangan betul yang pertama.
Pada 2 November Sukarno memerintahkan gencatan senjata atas permintaan pihak Inggris, tetapi pada akhir bulan November pertempuran telah berkobar lagi dan pihak Inggris mundur ke daerah pesisir. Tindakan Sukarno inilah yang nantinya membuat para pemuda memberontak dan tidak mempercayainya lagi.
Surabaya menjadi ajang pertempuran yang paling hebat selama Revolusi, sehingga menjadi lambang perlawanan nasional. Pangkima senior Jepang disana, Laksamana Madya Shibata memihak Republik dan membuka pintu gudang persenjataan kepada orang0orang Indonesia. Ketika seorng kapten Laut Belanda tiba, Shibata menyerah pada 3 Oktober  dan menyuruh pasukannya untuk menyerahkan senjata mereka kepada rakyat Indonesia kepada pihak sekutu (yang tentu saja tidak akan mereka lakukan).
Ketegangan social diwilayah pesisir utara Jawa mencapai puncaknya pada bulan Desember 1945. Ditiga kabupaten yaitu, Brebes, Pemalang, dan Tegal, yang ketiganya merupakan bagian dari keresidenan. Yang disebut Gabungan Badan PerjuanganTiga Daerah atau GBP-3D. Pekalongan terjadin apa yang dikenal sebagai peristiwa Tiga Daerah.
DiBanten, PKI telah memulai pemberontakan yang gagal pada tahun 1926.  . Beberapa masyarakat daerah Pekalongan dikumpulkan untuk dipekerjakan di Banten Selatan. Setelah penyerahan itu orang-orang ini mulai kembali kerumah masing-masing dengan kondisi yang menyedihkan  . Kedudukan Residen besar ,S.H menjadi bahaya dan ia dipindahkan menjadi residen Semarang pada 12 Oktober.
Kepemimpinan di Pemalang dijalankan oleh R. Soepangat seorang aktifis lama Gerindo yang mengepalai GBP-3D cabang Pemalang. . Orang-orang militer Pekalongan yang sudah sakit hati oleh keputusan GBP-3D yang tidak mengakui TKR sebagai pasukan keamanan di daerah it. Pada tanggal 21 Desember prajurit TKR menyerang rezim Revolusi Sosial dan berhasil merenut kembali Pekalongan.
Disurakarta logika yang berlaku diperkuat oleh hubungan antara gerakan Revolusi dan golongan oposisi. Setelah bulan Mei 1946 politik nasional tak mungkin melepaskan diri di Surakarta dan krisis yang diakibatkannya memuncak dalam kejadian serba aneh yang telah tecatat dalam sejarah sebagai Peristiwa Tiga Juli.

DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Ben. Revoloesi Pemoeda. Jakarta:Pustaka Sinar Harapan,1988
Anderson, Ben. Java in a time of Revolution. Ithaca:Cornell University Press,1972
Anderson, David Charles. The Military aspects of The Madiun affair. Ithaca: cornell University Press,1976
Kahin, George McTurnan. Nationalism and Revolution in Indonesia. Ithaca: Cornell University Press,1952
Legge, John D. Sukarno:a Political biography. Sydney: Allen and Unwin,1985
Lucas, Anton. Social Revolution in Pemalang,Central Java.
Nasution,A.H. Sekitar Perang kemerdekaan Indonesia. Bandung:Penerbit Angkasa,1979
Proyek Inventarisasi dan dokumentasi Sejarah Perjuangan. Seminar Sejarah Nasional Subtema Sejarah Perjuangan. Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1990
Reid,Anthony. The blood of the people Revolution ang the end of traditional rule in northern Sumatra. Kuala Lumpur:Oxford University Press,1979
Selosoemarjan. Social ghanges in Jogjakarta. Ithaca:Cornell University Press, 1962.