Dilahirkan
di Bakur, sebuah desa yang sunyi di
tahun 1882, pada tanggal 16 Agustus, bertepatan dengan meletusnya gunung Krakatau di Banten. Ia
terkenal dengan kenakalanya sewaktu kecil, kesukaannya adalah main kuda-kudaan
dan ayam-ayaman. Anak lain dijadikan kuda-kudaannya dan dimasukkan ke dalam
kurungan ayam,
beliau ialah H.O.S Tjokroaminoto.
Karena
kenakalannya,Tjokroaminoto kecil
dikeluarkan dari sekolah yang satu ke sekolah yang lain. Walau demikian berkat kepandaiannya
beliau dapat memasuki sokolah O.S.V.I.A
(Opleidings School Voor Inlandsche Ambtenaren) di Magelang pada tahun 1902, sampai tamat.. Kemudian beliau
terpaksa masuk lingkungan pemerintahan
Belanda. Kira-kira tiga tahun
lamanya menjadi juru tulis Patih di Ngawi. Pada tahun 1905, beliau
meninggalkan jabatannya dengan cara terhornat kemudian mengembara mencoba mencari keberuntungan
baru dan bekerja di firma Kooy & C dikota Surabaya dan menjadi tenaga pengajar di Burgerljike Avondschool dari tahun 1907-1910. Pekerjaan yang menjadi kegemaran beliau
adalah menjadi seorang journalistic. Banyak tulisan Tjokroaminoto yang dimuat
pada surat kabar Indonesia
pada waktu itu.
Setengah abad yang lalu,
Tjokroaminoto dinikahkan dengan putri Patih wakil Bupati Ponorogo, Raden
Mangoensoemo yaitu Raden Ajeng Soeharsikin Rumah tangganya semula baik-baik saja tetapi kemudia
terjadi perselisihan dengan ayah mertuanya ketika Tjokroaminoto muali aktif
memperjuangkan nasib bangsanya,yaitu bangsa Indonesia.Hal ini bisa dimaklumi
mengingat ayah mertuanya adalah seorang pegawai pemerintah Belanda.
Tjokroaminoto akhirnya menyingkirkan
diri dari rumah mertuanya dan meninggalkan istrinya yang sedang mengandung anak pertama.
Soeharsikin tetap mempertahankan
kesetiaanya, sebab dia yakin bahwa suaminya meninggalkannya bukan karena tidak
mencintainya tetapi karena ia menghindar perselisihan dengan mertuanya. Pada
saat anak pertama lahir,Soeharsikin
nekad menyusul suaminya.
Tjokroaminoto saat itu
tinggal di Semarang menjadi seorang kuli pelabuhan. Sikap hidup beliau yang tetap tidak mau bekerja dilingkungkan pemerintahan
Belanda
belum bisa diterima oleh masyarakat
terutama oleh mertuanya. Sebagai istri dari orang yang tetap berpegang pada prinsip,teguh pendirian ,
kreatif dan pejuang, Soeharsikin
berusaha meringankan beban suaminya dalam hal mecari nafkah. Sumber nafkah itu
berada di
rumahnya sendiri.
Dia menerima pelajar-pelajar untuk
tinggal di rumahnya dengan pembayaran sekian rupiah.
Awal dari jasa Tjokroaminoto sebagi
pemimpin bangsanya ialah ketika ia mengambil peranan sebagai seorang pemimpin
dari pergerakan bangsa Indonesia. Dikatakan demikian, karena ketika Budi Utomo lahir beliau menjadi anggota dan menjadi Ketua
Budi Utomo cabang Surabaya.
Namanya populer di kalangan rakyat, namun
karier politiknya tidak dilanjutkan di Budi Utomo tetapi di Sarekat Islam.
Organisasi inilah yang merupakan pemula dari kehendaknya untuk mendapatkan peranan dalam dunia politik.Menurut pengamatan beliau masalah besar yang menyebabkan
kemunduran umat Islam adalah kebodohan dan dari sinilah perjuangannya dimulai
yaitu memerangi kebodohan. .
Sudah
3 abad lamanya rakyat Indonesia menjadi rakyat jajahan Belanda,. terampas hak-haknya sebagi bangsa yang
merdeka,berganti tindasan-tindasan dan
diperhamba lahir-bathin.
Tetapi yang lebih kejam lagi
adalah
sifat penjajahan Belanda
terhadap moril rakyat Indonesia, merusak akhlak bangsa yang di jajah. Hantu persatuan adalah hantu yang sangat di
takuti oleh Belanda, persatuan rakyat dalam bentuk dan sifat yang bagaimanapun
harus ditindas sekuat-kuatnya.
Upaya menggalang persatuan dan kesatuan bangsa sudah
muncul sejak 1909 ketika
Raden Mas Tirtoadisuryo mendirikan organisasi yang bernama Sarekat Dagang Islam
di Bandung. Berita tentang berdirinya organisasi ini
menarik perhatian pedagang dari kota-kota lain. Haji Samanhudi seorang
pedagang batik di Solo, berkunjung ke Bandung untuk menemui Raden Mas
Tirtoadisuryo dan bermaksud mendirikan Sarekat Dagang Islam di Solo. Dalam perkembangannya terjadi
pertentangan antara organisasi yang di kelola pedangang Tionghoa dan Sarekat
Dagang Islam dan
membuka kesempatan bagi pemerintah kolonial
untuk “membatasi dan menekan” gerak langkah Sarekat Dagang Islam. Karena sejak
awal kelahirannya,
Sarekat Dagang Islam telah dicurigai dan menghawatirkan pemerintah kolonial.
Pada tanggal 12 Agustus 1912 pemerintah Belanda mengeluarkan “larangan sementara” kepada Sarekat
Dagang Islam dan kemudian
dicabut
karena pelarangan itu
tidak disertai bukti yang kuat..
Perkembangan Sarekat Dagang Islam
sampai ke Surabaya tempat domisili
Tjokroaminoto, tentu saja Tjokroaminoto tertarik dan memperhatikan gerak
langkah organisasi iniapalagi
Tjokroaminoto masih ada darah ningrat Solo-Mangkunegaran sehingga bisa banyak
berhubungan dengan pedagang di Solo.
Awal bulam Mei 1912 datang beberapa anggota Sarekat
Dagang Islam ke rumah Tjokroaminoto membicarakan kemungkinan-kemungkinan
perkembangan yang lebih pesat dari sarekat dagang ini. Perbincangan ini dapat
“mengguggah” Tjokroaminoto untuk menerjunkan diri ke dalam organisasi ini.
Kepercayaan penuh pun ia peroleh. Nama Sarekat Dagang Islam ia ganti
manjadi Sarekat Islam. Setelah perubahan nama, kongresnya yang pertama diadakan pada
tanggal 26 Januari 1913 di Surabaya, sebuah kongres yang didatangi oleh ribuan
bahkan puluhan ribu manusia yang di dalam dirinya bergejolak perasaan “gembira”
karena awal dari titik terang telah nampak.
Tjokroaminoto naik ke mimbar,
pengunjung kongres diam menunggu apa yang hendak dikatakannya, akhirnya dia
membuka suara dengan kata-kata yang jelas dan pasti.
Dalam menghadapi gerak langkah
Sarekat Islam, pemerintah kolonial mengahadapi dilema yang lahir dari “asas Demokrasi”
yang katanya dianut dan dijalankan oleh mereka. Demokrasi memiliki unsur hakiki “kebebasan bergerak dan
mengeluarkan pendapat”. Dalam kongres pertana itu telah diambil beberapa
keputusan, antara lain mengangkat Haji Samanhudi sebagai ketua pengurus besar
sedang Tjokroaminoto diangkat sebagi komisaris. Dalam kongres itu juga
dikatakan bahwa Sarekat Islam tetap setia
pada pemerintah, tetapi kesetiaan ini bukan kesetiaan yang dapat menerima
begitu saja kehendak pemerintah.
Apalagi dengan pengakuan yang
demikian dapat dibantah adanya desas-desus bahwa Sarekat Islam akan melakukan
dan menganjurkan diadakannya huru-hara di kalangan masyarakat, bahkan
desas-desus itu mengatakan bahwa Sarekat Islam sedang mempersiapkan diri untuk “memberontak”. Desas-desus itu
disebarkan oleh orang-orang Eropa yang berdiam di Indonesia. Perkembangan yang
pesat dari Sarekat Islam
dan pengaruh besar Tjokroaminoto telah melahirkan kekhawatiran
di kalangan golongan Eropa waktu itu. Untuk “mengobati” kekhawatirannya ditempuh jalan yang cukup keji berupa
penyebaran desas-desus yang di sebutkan diatas.
Sarekat Islam hanya diakui statusnya
percabang, artinya setiap cabang diakui pemerintah sebagai organisasi yang sah
di tempat cabang-cabang itu didirikan. Karenanya pertumbuhan Sarekat Islam
tetap berjalan dan jumlah anngota mereka tetap bertambah setiap hari. Pada
tahun 1915 di Surabaya didirikan Central
Sarekat Islam yang waktu itu di seluruh daerah sudah mencapai 50 buah. Bulan Maret 1913 berlangsung kongres yang kedua,
bertempat di taman Sriwedari,Solo.
Pengunjung kongres lebih besar jika dibanding dengan kongres pertama yang
diadakan di Surabaya. Para pengunjung disambut oleh beribu-ribu orang yang
bersimpati pada Sarekat Islam, mereka berteriak “Hidup SI” disertai tepuk
tangan yang meriah.
Ketika Tjokroaminoto datang,beliau di sambut dengan ukhuwah Islamiyah dan dibopong sampai tempat
pertemuan. Kongres ini memutuskan bahwa yang berhak diterima sebagai anggota
Sarekat Islam “Hanyalah Bangsa Indonesia”. Corak “Kerakyatan”yang menjadi salah satu keputusan konggres tersebut
akan di pertahankan. Kongres ketiga berlangsung pada 17-24 Juni 1916 di Bandung yang dinamakan juga
kongres nasional pertama Sarekat Islam,yang dipimpin Tjokroaminoto.Tetapi
Tjokroaminoto telah menggunakan alat dari pemerintah sendiri, yaitu peraturan Ratu tertanggal 23Juli 1903 sebuah taktik yang jitu
setidaknya jika melihat suasana pada waktu itu. Tjokroaminoto menyadari bahwa
“hak kebebasan yang diinginkan tidak dapat diberikan dengan jalan sebagai suatu
hadiah”, harus dengan jalan memaksa.
Pada
tanggal 20-27 Oktober 1917,
kongres nasional kedua dilaksanakan di Jakarta yang membicarakan tentang kondisi masyarakat, baik yang politis maupun nasional.
Dalam pandangan
A K. Pringgodigdo, kogres ini sifat pembicaraanya lebih berani. Dibahas juga rencana membentuk” volksraad yang dikemukakan oleh
Menteri Jajahan Belanda Pleyte.
Sikap mendukung pembentukan
Volksraad ini bagi Sarekat Islam bukanlah
suatu sikap yang tanpa rencana.
Tjokroaminoto
tidak sependapat dengan
sikap golongan Semaun yang tidak setuju dengan masuknya wakil-wakil Sarekat
Islam dalam Volksraaddan lebih
menerima
ajakan Budi Utomo untuk duduk dalam “Komite Nasional”, yang bermaksud untuk membahas perumusan pemilihan anggota-anggota Volksraad. Dalam kongres ini disepakati untuk
menerima sebuah asas yaitu tujuan perjuangannya untuk mendapatkan pemerintahan
sendiri dengan menentang semua bentuk penghisapan yang dilakukan oleh kapitalisme
yang rakus.
Pada tanggal 18 Mei 1918, pertama kalinya Sarekat Islam
menyetujui pembentukan Dewan Rakyat
sebagi lembaga untuk menyuarakan kehendak rakyat. Tjokroaminoto
dan Abdul Muis memberikan reaksi-reaksinya yang jelas dan tegas terhadap
pelaksanaan pemerintahan yang
ketika itu telah menjadi oposisi.
Beberapa
bulan setelah pembukaan Volksraad diselenggarakan kongres nasional
ketiga yang diadakan
di Surabaya pada tanggal 29 September-6 Oktober 1918. Melalui kongres ini Sarekat Islam menuntut agar pemerintah Belanda
memberi hak pada rakyat untuk membentuk
pemerintahan sendiri, mem
berikan hak piluh bagi warganya yang
dewasa dan
perbaikan sosial ekonomi Di setujuilah gagasan untuk menentang pemerintah dalam
usahanya melindungi kapitalisme. Jika pemerintah tidak mengindahkan segala
tuntutan itu dalam waktu 5 tahun,
maka Sarekat Islam sendiri yang kelak akan melaksanakannya dan ucapan itu
memancing kegembiraan yang meluap dari peserta kongres. Pada bulan November di
dalam Volksraad telah
di bentuk Radicale Concentratie. Wujud dari kerja sama yang sebenarnya adalah
semacam fraksi dalam lembaga wakil rakyat. Fraksi ini menuntut agar pemerintah
segera membentuk
sebuah parlemen yang wujud dan statusnya, terutama isi dan kekuasaannya harus
berbeda dengan parlemen yang
dibentuk pemerintah.
Pada
tanggal 18 November 1918,
Mr. Dr. D Talma telah membacakan suatu keterangan di depan Volksraad apa yang ada di dalam sejarah dan di kenal dengan “Janji November” yaitu janji pemerintah Belanda untuk mengadakan
perbaikan –perbaikan ditanah jajahan. Diharapkan situasi di Hindia-Belanda akan
dapat ditenangkan, sebab kehendak
pemerintah Belanda untuk memberikan perbaikan keadaan setelah perang usai.Namun janji itu tidaklah pernah
terwujud. Setelah seminggu keluarnya Janji November itu, pada tanggal 25
November 1918,
Tjokroaminoto mengeluarkan sebuah “mosi” yang berisi tuntutan agar diadakan
perubahan yang besar dalam kehidupan berpolitik dan kenegaraan di Indonesia.
Mosi ini di tanda tangani juga oleh Sastrowijono, Carmer, Cipto Mangunkusumo, Radjiman,
Teeuwen, Abdul Muis, dan Thayeb. Mosi tersebut berbunyi “menimbang telah sampai
masanya buat mengadakan perubahan yang besar dalam susunan pemerintahan yang
besar dalam negeri”.
Pada
tanggal 26 Oktober-2 November 1919 dilangsungkan lagi kongres nasional keempat
di Surabaya. Konggres memutuskan
untuk membentuk sesuatu
organisasi sarekat sekerja yang tergabung
dalam suatu federasi. Dalam kongres ini Suryo Pranoto
mengusulkan pembentukan federasi dari sarekat pekerja dan sarekat tani.
Federasi
inilah yang merupakan badan sentral,yang mambentuk Majelis Tinggi dan yang
anggotanya adalah Majelis Rendah. Dengan persatuan seluruh anggotanya maka diadakan aksi untuk menentang modal dan
penjajahan asing, dan segala
urusannya diserahkan kepada Semaun dan Sosrokardono. Tetapi timbul kendala dari pihak penguasa,
Semaun dan Sosrokardono di tangkap
dengan tuduhan telah menyebarkan
surat selebaran yang dikeluarkan oleh Sneevlit, Sosrokardono di tangkap karena
dituduh terlibat dalam gerakan Afdeling B,
yang ingin
menentang pemerintah.
Halangan dapat diatasi dan tugas diserahkan kepada Suryopranoto dan Alimin
Prawirodirjo.
Pada
tanggal 25 Desember 1919 di Jogjakarta diadakan kongres yang membentuk
organisasi buruh sebagaimana yang diusulkan oleh Sarekat Islam yaitu :
Persatuan Pergerakan Kaum Buruh (PPKB). Diketuai oleh Semaun dan wakilnya
Suryopranoto, sekretarisnya Haji Agus Salim.Ketika itu pengaruh Semaun didalam tubuh
Sarekat Islam makin besar, bahkan berhasil menjadi salah seorang komisaris.
Tahun 1919 merupakan tahun yang sangat berarti bagi Sarekat Islam yang jumlah
anggotanya mencapai 2 juta. Di tahun ini timbul kekhawatiran dan kecurigaan yang
dilakukan oleh Sarekat Islam,
maka terjadilah “kericuhan di Toli-Toli” dan di Cimamere yang lebih dikenal
dengan “peristiwa Afdeling B”. Akibat
peristiwa tersebut beberapa
tokoh Sarekat Islam ditangkap karena dianggap sebagi
penanggung jawabnya,
termasuk Tjokroaminoto dan Suryopranoto. Tetapi dakwaan yang seperti itu bagi
Sarekat Islam bukanlah suatu
hal yang baru.
Pada
tahun 1915, setelah tujuh tahun terjadinya pemogokan di Krapyak telah tersebar
desas-desus akan terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Tjokroaminoto. Juga persoalan peristiwa Toli-toli dan Afdeling B yang
mengundang kekhawatiran penguasa
kolonial, bahkan persoalan itu telah mendorong penguasa kolonial untuk
menangkap Tjokroaminoto karena dituduh memberikan sumpah palsu dalam kaitannya
dengan kesaksian tentang persoalan Afdeling B itu.
Pada
tahun 1920,
Tjokroaminoto dipenjarakan dengan
tuduhan menyebar-luaskan hasutan dari Sarekat Islam tentang kericuhan yang dilakukan oleh Sarekat Islam.
Pada tahun 1918 terjadi musim paceklik dimana bahan makanan sangat kekurangan dan pemerintah Belanda menganjurkan
pada pegawai bawahan untuk mengadakan pembelian
padi kepada rakyat.
Seorang penduduk yang bernama Haji Hasan
menentang praktek
pelaksanaan pembelian padi
tersebut..
Ketika
Sarekat Islam di Surabaya mengalami
perpecahan,
,
Tjokroaminoto telah dilepaskan dari penjara. Pada tahun 1921-1922,
berturut-turut telah diadakan kongres Al-Islam
masing-masing bertempat di Garut dan Cirebon tujuannya mempersatukan umat dan
mengurangi perbedaan diantara mereka. Pada tahun 1923 diadakan lagi kongres
Sarekat Islam di Madiun, yang memutuskan Sentral Sarekat Islam diubah menjadi
Partai Sarekat Islam yang memutuskan
partai sebagai alat perjuangan. Arah baru yang terpenting yang diputuskan oleh
kongres nasional ketujuh di Madiun ialah sikap non-kooperasi. Sikap ini lebih tegas dari sikap kooperasi dan berakibat Haji Agus Salim
menanggalkan keanggotaannya di Volksraad.
Pada
tanggal 24-26 Desember 1924 Partai Serikat Islam mengadakan “kongres Islam luar biasa” yang bertempat di Surabaya, untuk membicarakan undangan muktamar yang di rencanakan di Kairo. Pada
bulan Februari di Bandung telah dilangsungkan muktamar Al-islam. Kongres dipimpin oleh Sentral Komite Khilafat di bawah undangan
Raja Ibnu Saud. Indonesia mengirimkan Tjokroaminoto dan K.H Mas.
Mansur.dan
diputuskan untuk mengganti Sentral Komite
Kilafat menjadi Muktamar Alam Islami far’un Hindis Syarayah (MAIHS). Sebagi
ketuanya adalah
Tjokroaminoto dan wakilnya Wondoamiseno, sekretaris H.Agus.
Salim.Setelah mengadakan
kegiatan di Surabaya, dibentuklah apa yang disebut Hadz organisasi
Hindia yang merupakan badan penerangan untuk perjalanan haji ke tanah suci
Mekkah.
Setelah
selesainya kongres ini,
kegiatan di Partai Sarekat Islam diperhebat dimana Pekalongan menjadi tempat
kongres nasional Partai
Sarekat Islam yang berlangsung pada tanggal 28
September-2 Oktober 1926. Pada kesempatan itu juga, Haji Agus Salim telah
menganjurkan untuk mendirikan sebuah lembaga baru berupa Majelis Ulama, yang dimaksudkan untuk mengawasi pekerjaan Tjokoaminoto.
Memasuki tahun 1912 Partai Sarekat Islam mengubah lagi namanya menjadi Partai
Sarikat Islam Indonesia (PSII), dimana dilakukan perubahan berkaitan adanya situasi berpolitik. Dimana
di daerah-daerah boleh menyelenggarakan
kongres
sendiri. Di dalam kongres
PSII ini dibicarakan tentang persoalan ekonomi, politik, pergerakan wanita dan
organisasi perburuhan. Sebagai pembicara adalah Budi Utomo, Setelah cabang Surabaya, menyusul PSII di Jawa Tengah mengadakan kongres di Cilacap pada
tanggal 2-6 Agustus 1929. DLm
konggres ini dibahas persoalan non koperasi, kapitalisme,
kolonalisme dll. Di Garut juga digelar
kongres pada tangal 16-19 Agustus 1929. Disini ditampilkan tokoh dari PNI sebagai pembicara yaitu Ir.
Sukarno dan Gatot Mangkupraja. Yang
membahas
tentang kapitalisme, Kongres
ini sangat monumental karena dapat memancing
semangat yang lebih kokoh dan diakhiri dengan seruan ”Indonesia Merdeka”.
Memasuki
tahun 1933 gerak langkah PSII makin giat,
jumlah anggotanya makin bertambah. Memasuki
tahun 1934 PSII
telah kehilangan seorang pemimpin, dimana Tjokroaminoto meninggal dunia karena sakit,
tepatnya pada tanggal 17 Desember 1934 di bulan Ramadhan. Tetapi sebelum
meninggal sempat memimpin kongres PSII di Banjarnegara dan di Pare. Selama
hidupnya telah digunakan untuk menulis karangan yang akan di jadikan buku,
maupun yang disiarkan sebagai tajuk rencana pada surat kabar yang dipimpinnya.
Tidaklah dapat disangkal bahwa selama hidupnya, Tjokroaminoto telah menerjuni
suatu pekerjaan yang memerlukan ketrampilan dalam segala bentuk yang dimiliki
oleh seorang pejuang, baginya sangat perlu untuk mendapatkan alat yang baik
agar dapat menerjuni bidang yang medapatkan hasil semaksimal mungkin yaitu di
bidang pemikiran atau bidang intelektual.
Anwar
Tjokroaminoto salah seorang putranya mengatakan: “walaupun habis waktunya untuk
berjuang
dalam lapangan politik, namun beliau usahakan pula pedoman-pedomannya”.
Diterangkan pula betapa pentingnya kebutuhan tanah untuk kelangsungan hidup
rakyat karena tambahan tanah untuk kebutuhan pertanian rakyat. Setelah
memberikan dasar-dasar pengertian sosialime di dalam Islam, pada dasarnya mengenal 2 macam
sosialisme yaitu Staats socialisme dan Industry socialisme. Di dalam paham
sosialisme adalah berakar cita-cita yang nikmat, yaitu cita-cita pertemanan,
persahabatan, musahabah, dan kekancan. Sosialisme menghendaki cara hidup satu
untuk buat semua dan semua buat satu, yaitu cara hidup yang memperlihatkan
kepada kita bahwa semua memikul pertanggung jawaban atas perbuatan kita bersama
satu sama lain. Diantara buku-buku peninggalan Almarhum yaitu, islam dan
sosialisme, dan tarich islam. Pada buku yang ditulis Tjokroaminoto membahas
secara luas dan cukup dalam berbagai aspek yang cukup menarik. Dalam
sosialisme, terdapat unsur yaitu kemerdekaan, persamaan, dan persaudaraan.
Seorang
pemimpin tentulah mempunyai lika-liku hidup yang penuh dengan bunga-bunga yang
menarik teteapi juga tidak sedikit pula yang sengaja menebar bahu-bahu yang kurang sedap. Namun demikian bukan sang pemimpin yang memberikan penilaian terhadap diri dan
langkah-langkahnya. Penilaian yang dimaksud merupakan kawan seiringnya maupun lawan yang sering dihadapinya. Tjokroaminoto bukan seorang pemimpin,namun seorang manusia biasa, pastilah dia tidak bebas dari
kelemahan-kelemahan manusiawi yang memang merupakan sesuatu yang akan selalu
ada pada setiap hamba Tuhan.
Itulah sekedar gambaran tentang diri pribadi Alm. Tjokroaminoto.
Selama
hidupnya almarhum talah menunjukkan dan memberikan perbuatan dan pikiran yang
berarti bagi bangsanya, semua itu telah menjadi warisan historis bagi
generasi-generasi bangsa
untuk masa kini dan masa yang akan datang. Yang setidaknya untuk menjadi buah renungan,dan dapat diperjuangkan kamerdekaannya oleh
Tjokroaminoto ,
salah seorang pemula dari gerakan kemerdekaan
yang telah kita nikmati selama 30 tahun. Kaberanian haruslah di landasi
oleh kejujuran yang terpercaya, pada saat yang sama juga harus berjalan bersama dengan ketabahan hati yang
meyakinkan.
Keinginan Tjokroaminoto adalah memberi petunjuk jalan kepada kaum muslimin yaitu:
pada masa akhir ini ada satu dua matalisme dan kita wajib bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Dimana Al-Qur’an yang suci masih
ada dan kekal selamanya. Juga
mengajarkan kemerdekaan, persamaan, dan
persaudaraan, serta
menanamkan satu cita-cita demokrasi dan sosialisme yang ditanamkan dari dulu
dan sekarang sampai akhir jaman nanti. Kita harus senantiasa menjauhkan diri
dari nafsu kasar yang ditunjukkan oleh negeri barat dimana membawa kecelakaan
kepada peri kemanusiaan. Kita juga harus senantiasa membesarkan kekuatan batin
dan membesarkan perlengkapan kekuatan budi buat melakukan kewajibannya sebagai
umat islam di Sarekat Islam ini.
Generasi
yang akan datang juga diharapkan memberikan penuh darma baktinya guna kemajuan nusa
dan bangsa yang menduduki jabatan tertinggi dalam pemerintahan dan masyarakat. Setiap generasi mempunyai
keharusan tanggung jawab yang sesuai dengan tuntutan dan panggilan zamannya. Generasi yang akan datang harus mempunyai sifat nasionalisme dan setiap
generasi selalu dituntut untuk mampu mengadakan penghayatan, perenungan,
agar mampu menanggapi tuntutan zamannya. Dengan segala kemampuannya, Tjokroaminoto telah mampu menjawabnya.Karena semua itu menjadi warisan historis
buat generasi bangsa untuk masa
kini dan masa yang akan
datang.
Daftar
Pustaka
Gonggong, Anhar. 1986. Hos Tjokroaminoyo. Jakarta:
Dekdikbud.
www. Biografi tokoh dunia.com
http:/muda. Kompasiana.com
www. Scribd.com
http://hizbut.tahrir.or.id