Cari Blog Ini

Kamis, 20 Juli 2017

Bung Karnoku Satria Pancasilaku


Indonesia merupakan negeri dengan sejarah peradaban yang panjang. Mulai dari masa pra aksara, kerajaan, penjajahan, masa proklamasi kemerdekaan, hingga masa demokrasi sekarang ini. Penjajahan selama berabad – abad telah menorehkan sebersit kenangan bagi bangsa ini. Tentang kesengsaraan rakyat hingga kegagahan pejuang bangsa yang mempertaruhkan jiwa raganya demi Negara. Dari sekian ribu pahlawan, ada satu tokoh yang berhasil menarik hati penulis dengan jiwa kesatrianya. Beliau adalah Bung Karno. Sosok dengan keteguhan diri dan hati baja yang kharismanya menyilaukan mata. Ayah dari Megawati Soekarno Putri ini telah mendapat ribuan nilai plus dari sebagian kecil masyarakat Indonesia yang masih mau menoleh kebelakang, untuk bercermin dan belajar dari masa lalu.
Indonesia tahun 1938 – 1945. Bung Karno mendengar, melihat, dan merasakan anak negeri yang terpuruk dan terkoyak penjajahan. Bung Karno prihatin, bahkan beliau menangis. Untuk membebaskan anak negeri dari penjajah, beliau mengangkat tangan dan membidikan kata – kata tajam guna membangunkan dan menjelaskan sesuatu yang gelap menjadi terang. Sebagai tuan rumah, nasib kita tidak lebih seperti budak, tanah air kita adalah warisan nenek moyang yang harus kita bela dan kita jaga. Jangan  biarkan kaum penjajah seenaknya menikmati keringat kita.
Teriakan Bung Karno tidak tinggal gaungnya saja, perbagai upaya ditempuh untuk mewujudkan cita – citanya. Berbagai kaum muda dari seluruh pelosok nusantara dirangkul, diikat dalam kesatuan tekat, persaudaraan, dan cita – cita yang sama. Dari berbagai upaya tersebut, setelah lolos dari aneka ragam rintangan puncaknya pada tanggal 17 Agustus 1945, pencetusan hebat dan kebebasan di proklamasikan. Saat itu lahir setitik kejelasan akan masa depan bangsa Indonesia, melalui kemerdekaan yang akhirnya dapat di rengkuh.



PROKLAMASI

Kami bangsa Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaan Indonesia. Hal – hal mengenai pemindahan kekuasaan dan lain – lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dengan tempo sesingkat – singkat nya.

Jakarta, 17 Agustus 1945
Atas nanma bangsa Indonesia
Soekarno – Hatta

Bersama Bung Hatta, Sayuti Melik, dan ratusan putra terbaik negeri ini, Bung Karno berhasil menjawab penderitaan rakyat. Diteriakannya proklamasi di radio dan di kibarkannya pusaka sang merah putih.
Agar negeri tercinta tidak mudah goyah maka, pancasila ditancapkan dalam relung hati bangsa khususnya para generasi muda agar senantiasa melestarikan perjuangan. Supaya tunas bangsa  tidak melalaikan tugas untuk ikut serta membangun Indonesia. Dengan demikian, tetesan darah dan cucuran keringat para pejuang bangsa yang ikhlas menempuh kematian untuk menyejahterakan rakyat tidak sia-sia.
Tulisan sederhana ini dipaparkan bermaksud mengajak generasi muda supaya mengerti dan paham sosok Bung Karno. Beliau adalah tokoh yang memegang teguh garuda pancasila sebagai senjata untuk mempertahankan semangat kemerdekaan dari belenggu penjajahan. Memupuk kembali jiwa patriotisme dan mengamalkan pancasila yang kini telah terabaikan,  tergilas oleh sang waktu.

Bung Karno lahir di Blitar, 6 Juni 1901. Semasa kecil, beliau hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar. Masa SD hingga tamat, beliau tinggal di Surabaya, indekos di rumah Haji Oemar Said Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Kemudian melanjutkan sekolah di HBS (Hoogere Burger School). Saat belajar di HBS, Soekarno telah menggembleng jiwa nasionalismenya. Lulus HBS tahun 1920, beliau  pindah ke Bandung dan melanjut ke THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi ITB) dan  berhasil meraih gelar "Ir" pada  tanggal 25 Mei 1926.
Putra dari Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai ini merupakan sosok yang cerdas, pemberani dan pantang menyerah. Kegigihannya dalam mempertahankan negerinya dari tangan penjajah merupakan prestasi yang luar biasa dan patut untuk dijadikan panutan. Tidak hanya sampai di situ, pengetahuannya yang luas membuat beliau menerapkan filsafat yang pada saat ini hampir terlupakan. Yaitu sepuluh batang lidi lebih kuat dari pada satu batang lidi. Saat beliau melihat Indonesia yang begitu terpuruk, batinnya menjerit. Prihatin atas apa yang terjadi pada bangsa tercinta. Dengan jiwa nasionalisme yang membara, Bung Karno menggugah semangat pemuda Indonesia agar bangkit dan memperjuangkan tanah air nya. Rasa sebangsa, setanah air, senasib dan seperjuangan telah menghapus pemikiran sempit adanya perbedaan agama, ras dan golongan. Justru hal tersebut dijadikan suatu titik untuk membangun persatuan.
Pada 4 Juli 1927, beliau merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai Nasional lndonesia) dengan tujuan Indonesia Merdeka. Yang mengakibatkan Belanda, memasukkannya ke penjara Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929. Delapan bulan kemudian beliau disidang. Dalam pembelaannya, beliau menelanjangi kemurtadan Belanda, bangsa yang mengaku lebih maju itu.
Pembelaan tersebut membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan. Setelah bebas pada tahun 1931, Soekarno bergabung dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.
Dari berbagai perjuangan yang dialami, puncaknya pada tanggal 18 Agustus 1945 Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia. Dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar Negara yang disebut Pancasila. Beliau merumuskan pancasila sebagai ideology Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berupaya mempersatukan nusantara, dan  berusaha menghimpun bangsa-bangsa di Asia-Afrika dan Amerika Latin. Yang kemudian terlaksana tahun 1955 di Bandung dengan konferensi Asia Afrika yang kemudian berkembang menjadi gerakan non blok.
Gerakan Non-Blok (GNB) adalah suatu organisasi internasional yang terdiri dari 100 negara lebih yang tidak menganggap dirinya beraliansi dengan atau terhadap blok kekuatan besar apapun. Tujuan dari organisasi ini, seperti yang tercantum dalam Deklarasi Havana tahun 1979, adalah untuk menjamin kemerdekaan, kedaulatan, integritas teritorial, dan keamanan dari negara-negara nonblok" dalam perjuangan mereka menentang imperialisme, kolonialisme, neo-kolonialisme, apartheid, zionisme, rasisme dan segala bentuk agresi militer, pendudukan, dominasi, interferensi atau hegemoni dan menentang segala bentuk blok politik.
Garis politik internasional Bung Karno yang anti-imperialis yang didengung-dengungkan sampai tahun 1965 ternyata benar, bahkan telah menjadi sikap dari rakyat dan negara di dunia. Lelaki yang dijuluki putera sang fajar itu, sampai akhir hayatnya mendambakan solidaritas antara rakyat Asia-Afrika dan Amerika Latin dalam perjuangan bersama melawan neo-kolonialisme dan imperialisme.  Jika beliau masih hidup dan melihat buah pikirannya menjadi kenyataan pastilah beliau akan meras senang. Meskiun begitu dari alam yang bebeda beliau akan  berseri-seri karena melihat perkembangan situasi dunia yang sudah mengalami banyak perubahan.
            Bung Karno merupakan sosok pemimpin bangsa yang mencintai bangsa dengan sepenuh hati. Dan figure yang berani membawa negerinya berdiri di atas kaki sendiri. Semangatnya untuk membangun kembali bangsa ini tidak pernah padam walaupun sudah berkali-kali dibuang dan diasingkan. Pemimpin yang mampu mendorong dan menggerakkan rakyat untuk memanfaatkan potensi dan kapabilitas guna mencapai kehidupan yang lebih baik. Sosok pemimpin yang tidak banyak keluh kesah. Kepemimpinan yang memiliki daya juang dan motivasi tinggi, sehingga mampu memotivasi dan menginspirasi bangsanya. Karakter seperti inilah yang sangat dibutuhkan Bangsa Indonesia untuk mencapai puncak kejayaan. Sayangnya, kreteria tersebut sangat jarang ditemukan di era global ini. Dilihat dari pola kepemimpinan sekarang ini, perbandingannya adalah 1:1000. Mengingat telah lunturnya arti kemerdekaan sesungguhnya dalam diri penerus bangsa. Pancasila sebagai ideologi bangsa sudah tidak memiliki kharisma di mata masyarakat Indonesia.
“ Berikan aku sepuluh pemuda, maka akan ku goncang dunia.” Gelegar Bung Karno. Itulah kata Bapak proklamasi kita yang dideklamasikan seraya mengangkat tongkat. Dari seribu manusia yang mendongakkan kepala, tidak berhasil merubah kekuatan yang sempit melebar ruah hingga sampai terdengar gaung negeri sebelah.
Mengertikah kita pemuda seperti apa yang beliau maksud? Tentu saja yang di maksud bukan pemuda yang memiliki kekuatan super yang dapat menjungkir balikan seisi kota seperti spiderman, superman dan kawan – kawannya. Melainkan sepuluh pemuda yang memiliki jiwa pancasila.
Dimana dalam badan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa mencerminkan prinsip. Yakin dan teguh pada diri sendiri dan Tuhan-nya. Sila yang ke dua,  Kemanusiaan Yang Adil dan beradab bermakna  adanya kesamaan derajat pada setiap manusia. Maka, jadilah manusia yang pandai sehingga dapat membedakan antara baik dan buruk. Yang ditekankan dalam sila ini adalah kesempurnaan pemikiran. Adanya keseimbangan antara nurani dan akal. Bila kesempurnaan pemikiran ini telah kita miliki, kita bisa menjdi manusia yang berperilaku adil dan beradab.
Yang ketiga, Persatuan Indonesia. Mengapa pada sila ke tiga ini di tulis persatuan Indonesia? Bukannya kesatuan dunia atau sejenisnya? Karena kita bangsa Indonesia memiliki begitu banyak perbedaan. Mulai dari agama, budaya, bahasa daerah, ras dan golongan. Maka dari itu kita harus bersama-sama menyatukan perbedaan menjadi satu keutuhan, satu tujuan  yaitu kemerdekaan yang kekal. Seperti filsafat, sepuluh batang lidi lebih kuat dari pada satu batang lidi. Yang juga terdapat pada semboyan bangsa, Bhineka tunggal ika. Yang berarti berbeda – beda tetapi tetap satu jua. Kita harus mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi, ras, maupun golongan. Sehingga bukan tidak mungkin suatu saat , bila hal tersebut telah tercapai  kita dapat mempersatukan seluruh Negara dan membangun persatuan dunia.
Ke empat, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan. Maksudnya adalah jadilah manusia yang bisa memimpin diri sendiri, bijaksana dalam bertindak dan memutuskan. Dasarnya adalah baik dan buruk, salah dan benar. Sehingga terbentuklah manusia pemimpin, dimana ia dapat menampung segala bentuk aspirasi bersama untuk kebersamaan.
Dan sila yang terakhir adalah Keadilan social bagi seluruh Rakyat Indonesia.  Sila kelima merupakan pokok – pokok pemikiran dari sila pertama hingga sila ke empat. Yaitu menciptakan manusia yang yang rela, adil, dan luhur demi kebaikan bersama.Yang terinspirasi dari “Rahmatan lil alamin"
Sehingga terbentuklah manusia yang berjiwa pancasilais.
Kelima sila itu telah melekat kuat dalam jiwa pemuda Indonesia,  akan membentuk sosok satria pancasila. Dampak terdasyat adalah akan terjadi revolusi kepemimpinan, hingga melahirkan Indonesia yang baru. Yang tingkat kesejahte-raannya melambung tinggi. Sehingga tidak ada lagi KKN dan pelonjakan harga kebutuhan pokok yang membuat rakyat kecil tercekik. Ini lah sosok Bung Karno yang ingin menanamkan arti Pancasila dalam jiwa muda penerus bangsa. Namun sayangnya, kaula muda tak lagi mau melirik bentuk dan karakter Bung Karno yang dapat diteladani ataupun berusaha menggali pengetahuan tentang kepemimpinan masa depan yang bersih untuk membangun kembali Indonesia. Sehingga Pancasila yang mengandung nilai – nilai moral tinggi pun tak lagi di pedulikan.
 Bung Karno merupakan tokoh proklamator kemerdekaan yang memiliki pola kepemimpinan tegas, jelas dan berkarakter. Yang menyatukan perkataan dengan perbuatan. Kepastian ini bisa berupa kepastian hukum dan keadilan, ataupun kepastian akses mendapat pendidikan dan penghidupan yang layak. Banyak pemimpin kita sekarang yang lalai akan janji – janji yang pernah di ucapkan saat kampanye setelah menjadi bupati, gubernur atau pun presiden. Sehingga apa yang mereka kerjakan kemudian hanya dapat membuat rakyat kecil menangis dan menambah beban penderitaannya.
Kepemimpinan yang dicontohkan oleh Bung Karno bukanlah kepemimpinan yang berorientasi pada diri sendiri. Melainkan kepemimpnan yang memiliki sensitivitas kepedulian yang tinggi terhadap kepentingan nasional dan rakyat. Sehingga kebijakan politik atau ekonomi dari kepemimpinan haruslah mengutamakan kepentingan nasional dan masyarakatnya. Tidak hanya mementingkan tebal kantong sendiri yang pada akhirnya akan mendorong Indonesia kedalam jurang kehancuran, bila tidak ada perubahan mendasar pada diri pemerintah dan para penerusnya.
Andaikan sosok Bung Karno dapat dijadikan contoh dan panutan untuk membangun negeri, mungkin Indonesia tidak akan mengalami keterpurukan untuk yang kedua kalinya. Hanya saja perbedaannya, peyebab keterpurukan Negara ini di masa lalu adalah penjajahan tidak berperi kemanusiaan selama tiga setengah abad. Tetapi saat ini, para pemimpin  tidak mengemban amanah, karena lunturnya Pancasila dalam jiwa mereka.
Oleh karena itu, kita sebagai rakyat Indonesia wajib memahami dan mengamalkan makna sebenarnya dari Pancasila. Dalam titahnya mempunyai pengertian singkat, yaitu  keyakinan untuk berketuhanan Yang Maha Esa dengan rasa kemanusiaan yang adil dan beradab. Semua itu untuk memupuk rasa persatuan dan kesatuan dengan kerakyatan yang dipimpin dengan hikmat penuh kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan. Guna memajukan dan menciptakan singgasana keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. Marilah kita renungkan perjuangn para tokoh nasional yang dengan gigihnya mempertahankan Indonesia. Pola kepemimpinan yang patut dijadikan contoh  para tunas bangsa supaya menjadi pemimpin yang amanah dan dapat menghargai jasa para pahlawannya. Jati diri bangsa sangat bergantung sejauh mana pola kepemimpinan memiliki kepercayaan diri dan membawa bangsanya dalam kemandirian. Generasi penerus bangsa, para pemuda pemudi Indonesia berfkirlah!! Hamemayu hayuning bawono. Jadikan sesuatu yang indah menjadi lebih indah. Menjadikan keadaan yang baik menjadi lebh baik. Dan meluruskan yang salah dan keliru demi kemerdekaan dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Muliya negeri kita, Indonesia raya.





Daftar Pustaka

http://kaskus.us.com/unduh 19 September 2011 16.53
http://oemahmatematika.com 19 September 2011
UUD 1945
keterangan dari cucu Alm. Soenodjo
(pejuang ’45)