Tidak banyak dari kita yang tahu
bahwa bangsa Indonesia lahir pada tahun 1928. Pada umumnya warga negara
Indonesia mengira bahwa tanggal 17 Agustus 1945 adalah tanggal dimana bangsa
Indonesia ini lahir. Ini dikarenakan bahwa pengetahuan masyarakat akan
nilai-nilai sejarah sangat minim, bahkan ada juga yang tidak mengerti sama
sekali. Sangat disayangkan sebenarnya, tapi inilah keadaan masyarakat Indonesia
saat ini. Dahulu, para pahlawan berkorban
waktu, harta-benda, bahkan nyawa demi memerdekakan bangsa ini. Satu hati satu
tujuan mereka bergerak berperang. Tidak sedikit yang meninggal dalam
pertempuran. Mereka hidup dalam keadaan yang sangat tercekam. Untuk makan
sehari-hari saja sangat susah. Tapi dengan kegigihan mereka, saat ini bangsa
Indonesia dapat MERDEKA.
Kemerdekaan Indonesia tentu tidak
dapat dipisahkan dengan Sumpah Pemuda. Sumpah
Pemuda tidak keluar dari renungan ilmiah, yang dijiwai oleh nasionalisme saja.
Juga tidak hanya alat perjuangan untuk melawan kolonialisme. peristiwa itu
bermula dengan mempertentangkan segala anggapan dan prasangka tradisional1.
Kita lihat terlebih dahulu keadaan sebelum Sumpah pemuda. Selama dua dasawarsa
pertama, para pemimpin pergerakan kebangsaan kita berjuang mati-matian untuk
mencapai persatuan, tapi yang mereka dapat hanyalah perpecahan habis-habisan.
Para pemimpin itu tidak hanya gagal menggalang persatuan antar organisasi
pergerakan kebangsaan, tapi terlebih telah menimbulkan perpecahan di dalam
organisasi masing-masing. Lebih parah lagi, perpecahan itu lambat-laun tidak
lagi dianggap sebagai kegagalan, tapi malah sebagai alasan yang lebih realistis
untuk membentuk organisasi baru menurut garis suku, agama, usia, dan bidang
kehidupan. Dalam keadaan kalut itulah beberapa pelajar tampil memperjuangkan
persatuan pemuda. Mereka bertekad untuk membentuk suatu organisasi tunggal bagi
pemuda, yakni Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia (PPPI). Dengan dukungan
mereka, terselenggaralah kongres pemuda yang pertama di Batavia, 30 April
sampai 2 Mei 1926.
Tujuan kongres adalah untuk menjadikan semua organisasi pemuda sebagai
pelopor bagi tercapainya cita-cita besar mengenai Persatuan Indonesia. Semua
organisasi pemuda yang namanya dimulai
dengan “Jong” ikut serta, tapi kongres gagal mencapai tujuannya. Di
bawah pengaruh Jong Java, hampir semua organisasi
pemuda itu tidak mau bergabung dalam suatu organisasi tunggal tapi hanya mau
kalau dalam suatu perserikatan.Rapat dapat diselenggarakan kembali bersama organisasi-organisasi pelajar
yang berhaluan perserikatan pada awal 1927. Tapi ternyata upaya membentuk
organisasi tunggal gagal, dua bulan kemudian rapat diselenggarakan kembali dan berhasil
merumuskan cita-cita bersama yaitu menuju Indonesia yang merdeka, dan persatuan
pemuda sebagai upaya mencapainya.Lalu tibalah saatnya rapat berikutnya. Suasananya jauh lebih meriah dan
bersemangat daripada rapat-rapat sebelumnya. Di sudut-sudut Batavia ditempeli
plakat yang mengajak semua pemuda dan pemudi agar hadir. Ajakan dari mulut ke
mulut juga ramai sekali. Sehingga pemuda yang hadir diperkirakan mencapai
seribu orang, belum lagi tokoh-tokoh terkemuka partai politik, bahkan pejabat
tinggi pemerintah jajahan. Polisi rahasia pun bukan main sibuknya. Tidak jelas
bagaimana caranya, tahu-tahu rapat tersebut disebut sebagai Kongres Pemuda yang
kedua yaitu pada 27-28 Oktober 1928.Tentu banyak penjelasan yang dapat diberikan mengapa bisa demikian, tapi
ada satu hal yang tidak mungkin diabaikan, yaitu kemenangan Mohammad Hatta dan
kawan-kawan dalam pengadilan di Den Haag, 22 Maret 1928. Setelah ditahan hampir
selama enam bulan atas tuduhan melawan pemerintah dengan cara menimbulkan
keonaran, Hatta dan kawan-kawan dibebaskan dari segala tuntutan hukum.
Kemenangan itu disambut hangat di Indonesia selama berbulan-bulan.Seolah-olah merupakan simpul semangat yang meluap itu, timbul dua acara
yang samasekali tidak dipersiapkan, yaitu mendengar lagu ciptaan seorang
pemuda, Wage Rudolf Supratman, dan pengumuman keputusan kongres. Acara dengar
lagu itu langsung bikin heboh karena polisi rahasia melarang Supratman
membawakan lirik berjudul “Indonesia Raja” yang mengandung kata “merdeka”.
Ketua kongres mengambil jalan tengah: Supratman hanya memperdengarkan melodi
dengan gesekan biola diiringi piano. Walau pun demikian, acara itu memukau
seluruh hadirin dengan rasa khidmat dan khusuk.Yang lebih mengejutkan lagi adalah acara pembacaan
keputusan kongres. Ketua kongres sempat bingung karena tidak ada persiapan.
Mendadak Muhammad Yamin menyodorkan secarik kertas berisi rencana keputusan
kepada ketua, Sugondo Joyopuspito. Membaca naskah itu, ketua sangat tertegun
karena tiga hal. Pertama, di sana tercantum semangat persatuan, padahal
datangnya dari Muhammad Yamin yang terkenal menolak fusie. Kedua, naskah diubah
dengan indah. Ketiga, dirumuskan dengan singkat dan jernih sehingga dianggap
sangat cocok sebagai keputusan penting. Maka dibacakanlah hasil kongres yang
terdiri dari tiga butir, masing-masing didahului dengan kata-kata yang sama,
yaitu :
"Putusan
Kongres Pemuda-Pemudi Indonesia"
Kerapatan pemuda-pemudi Indonesia
yang diadakan oleh perkumpulan-perkumpulan pemuda indonesia yang berdasarkan
kebangsaan, dengan namanya Jong Java, Jong Sumatra nen Bond (Pemuda Sumatra),
Pemuda Indonesia, Sekar Rukun, Jong Islamieten Bond, Jong Batak Bond, Jong
Celebes, Pemuda Kaum Betawi, dan PPPI.
Membuka rapat pada tanggal 27 dan 28
Oktober 1928 di negeri Jakarta sesudahnya mendengar pidato-pidato dan
pembicaraan yang diadakan dalam kerapatan tadi.
sesudahnya menimbang segala isi-isi
pidati-pidato dan pembicaraannya ini; Kerapatan lalu mengambil keputusan.
pertama :
Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Air Indonesia.
kedua :
Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.
Ketiga :
Kami Putra dan Putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.
Setelah mendengar putusan ini,
kerapatan mengeluarkan keyakinan asas ini wajib dipakai oleh segala
perkumpulan-perkumpulan kebangsaan indonesia.
Mengeluarkan keyakinan persatuan
Indonesia diperkuat dengan memperhatikan dasar persatuannya:
Kemauan,
Sejarah,
Bahasa,
Hukum adat,
Pendidikan adat dan kepanduan,
dan
mengeluarkan pengharapkan supaya putusan ini disiarkan dalam segala surat
kabar, dan dibacakan di muka rapat perkumpulan-perkumpulan kita. 28 Oktober 1928Dengan tiga butir keputusan itu, tersari dengan bening segala rumusan
panjang-lebar dan berliku tentang tujuan, cita-cita, dan jeritan sukma
organisasi-organisasi pergerakan selama dua dasawarsa. Sari yang bening itu
bukan hasil rumusan tokoh-tokoh terkemuka organisasi politik pergerakan,
melainkan oleh sejumlah pemuda yang bahkan tidak sempat mempersiapkannya. Apa
yang disebut “Sumpah Pemuda” benar-benar merupakan hasil kristalisasi sejarah
yang sudah berlangsung puluhan tahun. Tidak berlebihan bila peristiwa tersebut
dianggap sebagai Puncak Gerakan Kebangsaan Indonesia.
Perjuangan mencapai masyarakat adil dan makmur harus
sejiwa dengan kedalaman arti dan hakekat Sumpah Pemuda, yakni berdasarkan
patriotisme Pancasila yang selalu merasakan kehadiran Zat Yang Maha Agung, yang
demokratis, berprikemanusiaan dan penuh kedamaian batiniah dan badaniah, tidak
berdasarkan patriotisme Bismarch yang bersemboyan Blut und Eisen, yakni darah dan besi. Ia juga tidak berdasarkan chauvinism (faham kebangsaan yang
sempit) dan xenophobia (benci kepada
bangsa asing). Malah sebaliknya,ia berkewajiban berusaha memupuk saling
pengertian yang damai antar bangsa di seluruh dunia yang dapat mewujudkan suatu
keseimbangan paling harmonis antar peradaban manusia yang satu dengan peradaban
yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Badrika, I
Wayan.2006.SEJARAH2a.Jakarta:Bumi
Aksara
Foulcher, Keith.2002.Sumpah Pemuda: Makna & Proses Penciptaan
Atas Sebuah Simbol _______Kebangsaan Indonesia.Jakarta:Komunitas Bambu
Frederick, William H.1982.Pemahaman Sejarah Indonesia.Jakarta:LP3ES
Kol.TNI-AD Purn R.H.A Hidayat S.H. Indonesia Menyongsong Era Kebangkitan
Nasional _______II.Jakarta:YAYASAN VETERAN RI JAKARTA
Loebis, Aboe Bakar.1992.Kilas Balik Revolusi.Jakarta:UIP
Magnis, Franz.2007.Etika Kebangsaan, Etika Kemanusiaan: 79 th
Sumpah Pemuda.Yogyakarta: _______Kanisius
Notosusanto, Nugroho.1979.SEJARAH NASIONAL INDONESIA.Jakarta:DEPARTEMEN
_______PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
R.Z. Leirissa, MA.1989.Sejarah Pemikiran Tentang Sumpah Pemuda.
Jakarta: DEPDIKBUD
Yayasan Gedung-Gedung Bersejarah
Jakarta.1978.45 TAHUN SUMPAH _______PEMUDA.Jakarta:Gunung
Agung
Yayasan Gedung-Gedung Bersejarah
Jakarta.1978.Bunga Rampai Soempah _______Pemoeda.Jakarta:Balai
Pustaka