Cari Blog Ini

Minggu, 23 Juli 2017

H.O.S Tjokroaminoto

Dilahirkan di Bakur, sebuah desa yang sunyi di tahun 1882, pada tanggal 16 Agustus, bertepatan dengan meletusnya gunung Krakatau di Banten. Ia terkenal dengan kenakalanya sewaktu kecil, kesukaannya adalah main kuda-kudaan dan ayam-ayaman. Anak lain dijadikan kuda-kudaannya dan dimasukkan ke dalam kurungan ayam, beliau ialah H.O.S Tjokroaminoto.
Karena kenakalannya,Tjokroaminoto kecil dikeluarkan dari sekolah yang satu ke sekolah yang lain. Walau demikian berkat kepandaiannya beliau dapat memasuki sokolah O.S.V.I.A (Opleidings School Voor Inlandsche Ambtenaren) di Magelang pada tahun 1902, sampai tamat.. Kemudian beliau terpaksa masuk lingkungan pemerintahan Belanda. Kira-kira tiga tahun lamanya menjadi juru tulis Patih di Ngawi. Pada tahun 1905, beliau meninggalkan jabatannya dengan cara terhornat kemudian mengembara mencoba mencari keberuntungan baru dan bekerja di  firma Kooy & C dikota Surabaya dan menjadi tenaga pengajar di  Burgerljike Avondschool dari tahun 1907-1910. Pekerjaan yang menjadi kegemaran beliau adalah  menjadi seorang journalistic. Banyak tulisan Tjokroaminoto yang dimuat pada surat kabar Indonesia pada waktu itu.
            Setengah abad yang lalu, Tjokroaminoto dinikahkan dengan putri Patih wakil Bupati Ponorogo, Raden Mangoensoemo yaitu Raden Ajeng Soeharsikin Rumah tangganya semula baik-baik saja tetapi kemudia terjadi perselisihan dengan ayah mertuanya ketika Tjokroaminoto muali aktif memperjuangkan nasib bangsanya,yaitu bangsa Indonesia.Hal ini bisa dimaklumi mengingat ayah mertuanya adalah seorang pegawai pemerintah Belanda. Tjokroaminoto akhirnya  menyingkirkan diri dari rumah mertuanya dan meninggalkan istrinya yang sedang mengandung anak pertama.
            Soeharsikin tetap mempertahankan kesetiaanya, sebab dia yakin bahwa suaminya meninggalkannya bukan karena tidak mencintainya tetapi karena ia menghindar perselisihan dengan mertuanya. Pada saat anak pertama lahir,Soeharsikin nekad menyusul suaminya. Tjokroaminoto saat itu tinggal di Semarang menjadi seorang kuli pelabuhan.  Sikap hidup beliau yang tetap tidak mau bekerja dilingkungkan pemerintahan Belanda belum bisa diterima oleh masyarakat terutama oleh mertuanya. Sebagai istri dari orang yang tetap berpegang pada prinsip,teguh pendirian , kreatif dan pejuang, Soeharsikin berusaha meringankan beban suaminya dalam hal mecari nafkah. Sumber nafkah itu berada di rumahnya sendiri. Dia menerima pelajar-pelajar untuk tinggal di rumahnya dengan pembayaran sekian rupiah.
            Awal dari jasa Tjokroaminoto sebagi pemimpin bangsanya ialah ketika ia mengambil peranan sebagai seorang pemimpin dari pergerakan bangsa Indonesia. Dikatakan demikian, karena ketika Budi Utomo lahir beliau menjadi anggota dan menjadi Ketua Budi Utomo cabang Surabaya. Namanya populer di kalangan rakyat, namun karier politiknya tidak dilanjutkan di Budi Utomo tetapi di Sarekat Islam. Organisasi inilah yang merupakan pemula dari kehendaknya untuk mendapatkan peranan dalam dunia politik.Menurut pengamatan beliau masalah besar yang menyebabkan kemunduran umat Islam adalah kebodohan dan dari sinilah perjuangannya dimulai yaitu memerangi kebodohan. .  
Sudah 3 abad lamanya rakyat Indonesia menjadi rakyat jajahan Belanda,. terampas hak-haknya sebagi bangsa yang merdeka,berganti tindasan-tindasan dan diperhamba lahir-bathin. Tetapi yang lebih kejam lagi adalah sifat penjajahan Belanda terhadap moril rakyat Indonesia, merusak akhlak bangsa yang di jajah. Hantu persatuan adalah hantu yang sangat di takuti oleh Belanda, persatuan rakyat dalam bentuk dan sifat yang bagaimanapun harus ditindas sekuat-kuatnya.
            Upaya menggalang persatuan dan kesatuan bangsa sudah muncul sejak 1909 ketika Raden Mas Tirtoadisuryo mendirikan organisasi yang bernama Sarekat Dagang Islam di Bandung. Berita tentang berdirinya organisasi ini  menarik perhatian pedagang dari kota-kota lain. Haji Samanhudi seorang pedagang batik di Solo, berkunjung ke Bandung untuk menemui Raden Mas Tirtoadisuryo dan bermaksud  mendirikan Sarekat Dagang Islam di Solo. Dalam perkembangannya terjadi pertentangan antara organisasi yang di kelola pedangang Tionghoa dan Sarekat Dagang Islam dan membuka kesempatan bagi pemerintah kolonial untuk “membatasi dan menekan” gerak langkah Sarekat Dagang Islam. Karena sejak awal kelahirannya, Sarekat Dagang Islam telah dicurigai dan menghawatirkan pemerintah kolonial. Pada tanggal 12 Agustus 1912 pemerintah Belanda mengeluarkan “larangan sementara” kepada Sarekat Dagang Islam dan kemudian dicabut karena pelarangan itu tidak disertai bukti yang kuat..
            Perkembangan Sarekat Dagang Islam sampai ke Surabaya tempat domisili Tjokroaminoto, tentu saja Tjokroaminoto tertarik dan memperhatikan gerak langkah organisasi iniapalagi Tjokroaminoto masih ada darah ningrat Solo-Mangkunegaran sehingga bisa banyak berhubungan dengan pedagang di Solo. Awal bulam Mei 1912 datang beberapa anggota Sarekat Dagang Islam ke rumah Tjokroaminoto membicarakan kemungkinan-kemungkinan perkembangan yang lebih pesat dari sarekat dagang ini. Perbincangan ini dapat “mengguggah” Tjokroaminoto untuk menerjunkan diri ke dalam organisasi ini.
            Kepercayaan penuh pun ia peroleh. Nama Sarekat Dagang Islam ia ganti manjadi Sarekat Islam. Setelah perubahan nama, kongresnya yang pertama diadakan pada tanggal 26 Januari 1913 di Surabaya, sebuah kongres yang didatangi oleh ribuan bahkan puluhan ribu manusia yang di dalam dirinya bergejolak perasaan “gembira” karena awal dari titik terang telah nampak. Tjokroaminoto naik ke mimbar, pengunjung kongres diam menunggu apa yang hendak dikatakannya, akhirnya dia membuka suara dengan kata-kata yang jelas dan pasti.
            Dalam menghadapi gerak langkah Sarekat Islam, pemerintah kolonial  mengahadapi dilema yang lahir dari “asas Demokrasi” yang katanya dianut dan dijalankan oleh mereka. Demokrasi memiliki unsur hakiki “kebebasan bergerak dan mengeluarkan pendapat”. Dalam kongres pertana itu telah diambil beberapa keputusan, antara lain mengangkat Haji Samanhudi sebagai ketua pengurus besar sedang Tjokroaminoto diangkat sebagi komisaris. Dalam kongres itu juga dikatakan bahwa Sarekat Islam tetap setia pada pemerintah, tetapi kesetiaan ini bukan kesetiaan yang dapat menerima begitu saja kehendak pemerintah.
            Apalagi dengan pengakuan yang demikian dapat dibantah adanya desas-desus bahwa Sarekat Islam akan melakukan dan menganjurkan diadakannya huru-hara di kalangan masyarakat, bahkan desas-desus itu mengatakan bahwa Sarekat Islam sedang mempersiapkan diri untuk “memberontak”. Desas-desus itu disebarkan oleh orang-orang Eropa yang berdiam di Indonesia. Perkembangan yang pesat dari Sarekat Islam dan pengaruh besar Tjokroaminoto telah melahirkan kekhawatiran di kalangan golongan Eropa waktu itu. Untuk “mengobati” kekhawatirannya ditempuh jalan yang cukup keji berupa penyebaran desas-desus yang di sebutkan diatas.
            Sarekat Islam hanya diakui statusnya percabang, artinya setiap cabang diakui pemerintah sebagai organisasi yang sah di tempat cabang-cabang itu didirikan. Karenanya pertumbuhan Sarekat Islam tetap berjalan dan jumlah anngota mereka tetap bertambah setiap hari. Pada tahun 1915 di Surabaya didirikan Central Sarekat Islam yang waktu itu di seluruh daerah sudah mencapai 50 buah. Bulan Maret 1913 berlangsung kongres yang kedua, bertempat di taman Sriwedari,Solo. Pengunjung kongres lebih besar jika dibanding dengan kongres pertama yang diadakan di Surabaya. Para pengunjung disambut oleh beribu-ribu orang yang bersimpati pada Sarekat Islam, mereka berteriak “Hidup SI” disertai tepuk tangan yang meriah.
            Ketika Tjokroaminoto datang,beliau di sambut dengan ukhuwah Islamiyah dan dibopong sampai tempat pertemuan. Kongres ini memutuskan bahwa yang berhak diterima sebagai anggota Sarekat Islam “Hanyalah Bangsa Indonesia”. Corak “Kerakyatan”yang menjadi salah satu keputusan konggres tersebut akan di pertahankan. Kongres ketiga berlangsung pada 17-24 Juni 1916 di Bandung yang dinamakan juga kongres nasional pertama Sarekat Islam,yang dipimpin Tjokroaminoto.Tetapi Tjokroaminoto telah menggunakan alat dari pemerintah sendiri, yaitu peraturan Ratu tertanggal 23Juli 1903 sebuah taktik yang jitu setidaknya jika melihat suasana pada waktu itu. Tjokroaminoto menyadari bahwa “hak kebebasan yang diinginkan tidak dapat diberikan dengan jalan sebagai suatu hadiah”, harus dengan jalan memaksa.
Pada tanggal 20-27 Oktober 1917, kongres nasional kedua dilaksanakan di Jakarta yang membicarakan tentang kondisi  masyarakat, baik yang politis maupun nasional. Dalam pandangan A K. Pringgodigdo, kogres ini sifat pembicaraanya lebih berani. Dibahas juga rencana membentuk” volksraad yang dikemukakan oleh Menteri Jajahan Belanda Pleyte. Sikap mendukung  pembentukan Volksraad ini bagi Sarekat Islam bukanlah suatu sikap yang tanpa rencana.
Tjokroaminoto tidak sependapat dengan sikap golongan Semaun yang tidak setuju dengan masuknya wakil-wakil Sarekat Islam dalam Volksraaddan lebih menerima ajakan Budi Utomo untuk duduk dalam “Komite Nasional”, yang bermaksud untuk membahas perumusan pemilihan                             anggota-anggota Volksraad. Dalam kongres ini disepakati untuk menerima sebuah asas yaitu tujuan perjuangannya untuk mendapatkan pemerintahan sendiri dengan menentang semua bentuk penghisapan yang dilakukan oleh kapitalisme yang rakus.
Pada tanggal 18 Mei 1918, pertama kalinya Sarekat Islam menyetujui  pembentukan Dewan Rakyat sebagi lembaga untuk menyuarakan kehendak rakyat. Tjokroaminoto dan Abdul Muis memberikan reaksi-reaksinya yang jelas dan tegas terhadap pelaksanaan pemerintahan yang ketika itu telah menjadi oposisi.
Beberapa bulan setelah pembukaan Volksraad diselenggarakan kongres nasional ketiga yang diadakan di Surabaya pada tanggal 29 September-6 Oktober 1918. Melalui kongres ini Sarekat Islam menuntut agar pemerintah Belanda memberi hak pada rakyat untuk membentuk pemerintahan sendiri, mem berikan hak piluh bagi warganya yang dewasa dan perbaikan sosial ekonomi Di setujuilah gagasan untuk menentang pemerintah dalam usahanya melindungi kapitalisme. Jika pemerintah tidak mengindahkan segala tuntutan itu dalam waktu 5 tahun, maka Sarekat Islam sendiri yang kelak akan melaksanakannya dan ucapan itu memancing kegembiraan yang meluap dari peserta kongres. Pada bulan November di dalam Volksraad telah di bentuk Radicale Concentratie. Wujud dari kerja sama yang sebenarnya adalah semacam fraksi dalam lembaga wakil rakyat. Fraksi ini menuntut agar pemerintah segera membentuk sebuah parlemen yang wujud dan statusnya, terutama isi dan kekuasaannya harus berbeda dengan parlemen yang dibentuk pemerintah.
Pada tanggal 18 November 1918, Mr. Dr. D Talma telah membacakan suatu keterangan di depan Volksraad apa yang ada di dalam sejarah dan di kenal dengan “Janji November” yaitu janji pemerintah Belanda untuk mengadakan perbaikan –perbaikan ditanah jajahan. Diharapkan situasi di Hindia-Belanda akan dapat ditenangkan, sebab  kehendak pemerintah Belanda untuk memberikan perbaikan keadaan  setelah perang usai.Namun janji itu tidaklah pernah terwujud. Setelah seminggu keluarnya Janji November itu, pada tanggal 25 November 1918, Tjokroaminoto mengeluarkan sebuah “mosi” yang berisi tuntutan agar diadakan perubahan yang besar dalam kehidupan berpolitik dan kenegaraan di Indonesia. Mosi ini di tanda tangani juga oleh Sastrowijono, Carmer, Cipto Mangunkusumo, Radjiman, Teeuwen, Abdul Muis, dan Thayeb. Mosi tersebut berbunyi “menimbang telah sampai masanya buat mengadakan perubahan yang besar dalam susunan pemerintahan yang besar dalam negeri”.
Pada tanggal 26 Oktober-2 November 1919 dilangsungkan lagi kongres nasional keempat di Surabaya. Konggres memutuskan untuk membentuk sesuatu organisasi sarekat sekerja yang tergabung dalam suatu  federasi. Dalam kongres ini Suryo Pranoto mengusulkan pembentukan federasi dari sarekat pekerja dan sarekat tani.
Federasi inilah yang merupakan badan sentral,yang mambentuk Majelis Tinggi dan yang anggotanya adalah Majelis Rendah. Dengan persatuan seluruh anggotanya  maka diadakan aksi untuk menentang modal dan penjajahan asing, dan segala urusannya diserahkan kepada Semaun dan Sosrokardono. Tetapi timbul kendala dari pihak penguasa, Semaun dan Sosrokardono di tangkap dengan tuduhan telah menyebarkan surat selebaran yang dikeluarkan oleh Sneevlit, Sosrokardono di tangkap karena dituduh terlibat dalam gerakan Afdeling B,  yang ingin menentang  pemerintah. Halangan dapat diatasi dan tugas diserahkan kepada Suryopranoto dan Alimin Prawirodirjo.
Pada tanggal 25 Desember 1919 di Jogjakarta diadakan kongres yang membentuk organisasi buruh sebagaimana yang diusulkan oleh Sarekat Islam yaitu : Persatuan Pergerakan Kaum Buruh (PPKB). Diketuai oleh Semaun dan wakilnya Suryopranoto, sekretarisnya Haji Agus Salim.Ketika itu pengaruh Semaun didalam tubuh Sarekat Islam makin besar, bahkan berhasil menjadi salah seorang komisaris. Tahun 1919 merupakan tahun yang sangat berarti bagi Sarekat Islam yang jumlah anggotanya mencapai 2 juta. Di tahun ini  timbul kekhawatiran dan kecurigaan yang dilakukan oleh Sarekat Islam, maka terjadilah “kericuhan di Toli-Toli” dan di Cimamere yang lebih dikenal dengan “peristiwa Afdeling B”. Akibat peristiwa tersebut beberapa tokoh Sarekat Islam ditangkap karena dianggap sebagi penanggung jawabnya, termasuk Tjokroaminoto dan Suryopranoto. Tetapi dakwaan yang seperti itu bagi Sarekat Islam bukanlah suatu hal yang baru.
Pada tahun 1915, setelah tujuh tahun terjadinya pemogokan di Krapyak telah tersebar desas-desus akan terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Tjokroaminoto. Juga persoalan peristiwa Toli-toli dan Afdeling B yang mengundang  kekhawatiran penguasa kolonial, bahkan persoalan itu telah mendorong penguasa kolonial untuk menangkap Tjokroaminoto karena dituduh memberikan sumpah palsu dalam kaitannya dengan kesaksian tentang persoalan Afdeling B itu. 
Pada tahun 1920, Tjokroaminoto dipenjarakan dengan tuduhan menyebar-luaskan hasutan dari Sarekat Islam tentang  kericuhan yang dilakukan oleh Sarekat Islam. Pada tahun 1918 terjadi musim paceklik dimana bahan makanan sangat kekurangan dan pemerintah Belanda  menganjurkan  pada pegawai bawahan untuk mengadakan pembelian padi kepada rakyat. Seorang penduduk yang bernama Haji Hasan menentang praktek pelaksanaan pembelian padi tersebut..
Ketika Sarekat Islam di Surabaya  mengalami perpecahan, ,  Tjokroaminoto telah dilepaskan dari penjara. Pada tahun 1921-1922, berturut-turut telah diadakan kongres Al-Islam masing-masing bertempat di Garut dan Cirebon tujuannya mempersatukan umat dan mengurangi perbedaan diantara mereka. Pada tahun 1923 diadakan lagi kongres Sarekat Islam di Madiun, yang memutuskan Sentral Sarekat Islam diubah menjadi Partai Sarekat Islam yang memutuskan partai sebagai alat perjuangan. Arah baru yang terpenting yang diputuskan oleh kongres nasional ketujuh di Madiun ialah sikap non-kooperasi. Sikap ini lebih tegas dari sikap kooperasi dan berakibat Haji Agus Salim menanggalkan keanggotaannya di Volksraad.
Pada tanggal 24-26 Desember 1924 Partai Serikat Islam mengadakan “kongres Islam luar biasa” yang bertempat di Surabaya, untuk membicarakan undangan  muktamar yang di rencanakan di Kairo. Pada bulan Februari di Bandung telah dilangsungkan muktamar Al-islam. Kongres dipimpin oleh            Sentral Komite Khilafat di bawah undangan Raja Ibnu Saud. Indonesia mengirimkan Tjokroaminoto dan K.H Mas. Mansur.dan diputuskan untuk mengganti Sentral Komite Kilafat menjadi Muktamar Alam Islami far’un Hindis Syarayah (MAIHS). Sebagi ketuanya adalah Tjokroaminoto dan wakilnya Wondoamiseno, sekretaris H.Agus. Salim.Setelah mengadakan kegiatan di Surabaya,  dibentuklah apa yang disebut Hadz organisasi Hindia yang merupakan badan penerangan untuk perjalanan haji ke tanah suci Mekkah.
Setelah selesainya kongres ini, kegiatan di Partai Sarekat Islam diperhebat dimana Pekalongan menjadi tempat kongres nasional Partai Sarekat Islam yang berlangsung pada tanggal 28 September-2 Oktober 1926. Pada kesempatan itu juga, Haji Agus Salim telah menganjurkan untuk mendirikan sebuah lembaga baru berupa Majelis Ulama, yang dimaksudkan  untuk mengawasi pekerjaan Tjokoaminoto. Memasuki tahun 1912 Partai Sarekat Islam mengubah lagi namanya menjadi Partai Sarikat Islam Indonesia (PSII), dimana dilakukan perubahan berkaitan adanya situasi berpolitik. Dimana di daerah-daerah boleh menyelenggarakan  kongres sendiri. Di dalam kongres PSII ini dibicarakan tentang persoalan ekonomi, politik, pergerakan wanita dan organisasi perburuhan. Sebagai pembicara adalah Budi Utomo, Setelah cabang Surabaya,  menyusul PSII di Jawa Tengah mengadakan kongres di Cilacap pada tanggal 2-6 Agustus 1929. DLm konggres ini dibahas  persoalan non koperasi, kapitalisme, kolonalisme dll. Di Garut juga digelar kongres pada tangal 16-19 Agustus 1929. Disini ditampilkan tokoh dari PNI sebagai pembicara yaitu Ir. Sukarno dan Gatot Mangkupraja. Yang membahas tentang kapitalisme, Kongres ini sangat monumental karena dapat memancing semangat yang lebih kokoh dan diakhiri dengan seruan ”Indonesia Merdeka”.
Memasuki tahun 1933 gerak langkah PSII makin giat,  jumlah anggotanya makin bertambah.  Memasuki tahun 1934 PSII telah kehilangan seorang pemimpin, dimana Tjokroaminoto meninggal dunia karena sakit, tepatnya pada tanggal 17 Desember 1934 di bulan Ramadhan. Tetapi sebelum meninggal sempat memimpin kongres PSII di Banjarnegara dan di Pare. Selama hidupnya telah digunakan untuk menulis karangan yang akan di jadikan buku, maupun yang disiarkan sebagai tajuk rencana pada surat kabar yang dipimpinnya. Tidaklah dapat disangkal bahwa selama hidupnya, Tjokroaminoto telah menerjuni suatu pekerjaan yang memerlukan ketrampilan dalam segala bentuk yang dimiliki oleh seorang pejuang, baginya sangat perlu untuk mendapatkan alat yang baik agar dapat menerjuni bidang yang medapatkan hasil semaksimal mungkin yaitu di bidang pemikiran atau bidang intelektual.
Anwar Tjokroaminoto salah seorang putranya mengatakan: “walaupun habis waktunya untuk berjuang dalam lapangan politik, namun beliau usahakan pula pedoman-pedomannya”. Diterangkan pula betapa pentingnya kebutuhan tanah untuk kelangsungan hidup rakyat karena tambahan tanah untuk kebutuhan pertanian rakyat. Setelah memberikan dasar-dasar pengertian sosialime di dalam Islam, pada dasarnya mengenal 2 macam sosialisme yaitu Staats socialisme dan Industry socialisme. Di dalam paham sosialisme adalah berakar cita-cita yang nikmat, yaitu cita-cita pertemanan, persahabatan, musahabah, dan kekancan. Sosialisme menghendaki cara hidup satu untuk buat semua dan semua buat satu, yaitu cara hidup yang memperlihatkan kepada kita bahwa semua memikul pertanggung jawaban atas perbuatan kita bersama satu sama lain. Diantara buku-buku peninggalan Almarhum yaitu, islam dan sosialisme, dan tarich islam. Pada buku yang ditulis Tjokroaminoto membahas secara luas dan cukup dalam berbagai aspek yang cukup menarik. Dalam sosialisme, terdapat unsur yaitu kemerdekaan, persamaan, dan persaudaraan.
Seorang pemimpin tentulah mempunyai lika-liku hidup yang penuh dengan bunga-bunga yang menarik teteapi juga tidak sedikit pula yang sengaja menebar  bahu-bahu yang kurang sedap. Namun demikian  bukan sang pemimpin yang memberikan penilaian terhadap diri dan langkah-langkahnya. Penilaian yang dimaksud merupakan kawan seiringnya maupun  lawan yang sering dihadapinya.  Tjokroaminoto bukan seorang pemimpin,namun seorang manusia biasa, pastilah dia tidak bebas dari kelemahan-kelemahan manusiawi yang memang merupakan sesuatu yang akan selalu ada pada setiap hamba Tuhan. Itulah sekedar gambaran tentang diri pribadi Alm. Tjokroaminoto.
Selama hidupnya almarhum talah menunjukkan dan memberikan perbuatan dan pikiran yang berarti bagi bangsanya, semua itu telah menjadi warisan historis bagi generasi-generasi bangsa untuk masa kini dan masa yang akan datang. Yang setidaknya untuk menjadi buah renungan,dan dapat diperjuangkan kamerdekaannya oleh Tjokroaminoto , salah seorang pemula dari gerakan kemerdekaan  yang telah kita nikmati selama 30 tahun. Kaberanian haruslah di landasi oleh kejujuran yang terpercaya, pada saat yang sama juga harus berjalan bersama dengan ketabahan hati yang meyakinkan.
Keinginan Tjokroaminoto  adalah memberi  petunjuk jalan kepada kaum muslimin yaitu: pada masa akhir ini ada satu dua matalisme dan kita wajib bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Dimana Al-Qur’an yang suci masih ada dan kekal selamanya. Juga mengajarkan  kemerdekaan, persamaan, dan persaudaraan, serta menanamkan satu cita-cita demokrasi dan sosialisme yang ditanamkan dari dulu dan sekarang sampai akhir jaman nanti. Kita harus senantiasa menjauhkan diri dari nafsu kasar yang ditunjukkan oleh negeri barat dimana membawa kecelakaan kepada peri kemanusiaan. Kita juga harus senantiasa membesarkan kekuatan batin dan membesarkan perlengkapan kekuatan budi buat melakukan kewajibannya sebagai umat islam di Sarekat Islam ini.
Generasi yang akan datang juga diharapkan memberikan penuh darma baktinya guna kemajuan nusa dan bangsa yang menduduki jabatan tertinggi dalam pemerintahan dan  masyarakat. Setiap generasi mempunyai keharusan tanggung jawab yang sesuai dengan tuntutan dan panggilan zamannya. Generasi yang akan datang  harus mempunyai sifat nasionalisme dan setiap generasi selalu dituntut untuk mampu mengadakan penghayatan, perenungan, agar mampu  menanggapi tuntutan zamannya. Dengan segala kemampuannya, Tjokroaminoto telah mampu menjawabnya.Karena semua itu menjadi warisan historis buat generasi bangsa untuk masa kini dan masa yang akan datang.

Daftar Pustaka
Gonggong, Anhar. 1986. Hos Tjokroaminoyo. Jakarta: Dekdikbud.
www. Biografi tokoh dunia.com
http:/muda. Kompasiana.com
www. Scribd.com

http://hizbut.tahrir.or.id